Semenjak hari itu aku sudah mengenalnya, dia bercerita banyak tentang dirinya padaku. Tapi tak sengaja aku pun ikut tenggelam dalam ceritanya, berusaha untuk meyakinkan bahwa hidupnya harus diperjuangkan dan harus bertahan. Aku mengatakan bahwa hidupnya jauh lebih beruntung dibandingkan orang-orang disekitarnya dan ia memahami itu. Cobaan dari Tuhan untuknya kuanggap jauh lebih berat tapi yang ku yakini adalah semua bisa diselesaikan hanya perlu waktu, aku hanya terus menguatkan dia karena apa yang dia rasakan pernah kurasakan sebelumnya. Memang tak mudah untuk berpisah jauh dengan kedua orang tua tapi suatu keadaan harus membuat jauh. Aku terus ikut memperjuangkan hidupnya disaat semua orang tak bisa memahaminya. Jauh dari sekedar teman bahkan dia kuanggap saudara dan tanpa saat bersamaan aku memperjuangkan hidupnya aku melupakan seseorang dan kusadari hatinya yang tersakiti, entah apa yang kubuat jauh didalam lubuk hatiku jujur aku sangat merindukannya. Tapi egonya terkadang sulit untuk membuatku bisa untuk menahan semua rasaku padanya, seringkali rasa tak nyaman itu muncul tapi apa boleh buat aku terus menahan rasa itu dan membiarkannya larut selarut-larutnya dalam hari-hariku meski ku tau bukan begitu caranya berteman. Mungkin jiwaku yang terlalu payah sehingga tak bisa memakluminya, tapi ini adalah sebuah perbedaan yang harusnya aku bisa mengatasinya bukan berusaha untuk menghindar. Harusnya dari awal aku bisa memperhitungkannya, tapi apa boleh buat semua telah terjadi, jika boleh ku ulang waktu aku ingin kembali dan bisa membunuh rasa itu padanya agar tak seperti ini jadinya. Bukankah sebuah perbedaan itu indah ? tapi perbedaan pula yang membuat jarak antara kita, maaf...
No comments:
Post a Comment